Identitas buku:
1. Judul buku : Ayat Ayat Cinta
2. Penulis : Habiburrahman El Shirazy
3. Tahun terbit : 2004
4. Penerbit : Republika, Jakarta
5. Tebal buku : 420 halaman
6. Harga buku : Rp 45.000,-
Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman el Shirazy mengisahkan tentang cinta. Tapi bukan cuma sekedar cinta biasa. Novel ini menjelaskan kepada kita khususnya kaum remaja tentang bagaimana cara menghadapi permasalahan dalam dunia percintaan secara islami yang sebagian besar dihadapi oleh remaja saat ini.
Novel ini ditulis oleh seorang Novelis Habiburrahman El Shirazy yang biasa di panggil Kang Abik. Kang Abik lahir di Semarang pada hari Kamis, 30 September 1976. Setelah tamat dari Aliyah beliau melanjutkan kuliahnya di Universitas Al Azhar Cairo Mesir. Sejak dibangku Aliyah, Kang Abik memang berbakat dalam dunia Jurnalistik. Beberapa karya terbaiknya yang sudah terbit yaitu, Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, namun yang paling fenomenal adalah novel yang sedang saya resensi ini yaitu, Ayat Ayat Cinta. Novel ini mendapat penghargaan “the Most Favorite Book”. Kang Abik menulis novel ini sebagai sarana yang tepat media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam.
Novel dengan cover gambar wanita bercadar ini sangat menarik karena isinya tidak saja menceritakan kehidupan percintaan seperti novel-novel tentang cinta yang lain, tapi novel ini mengenalkan bagaimana percintaan menurut islam yang sebenar-benarnya. Novel ini memang sangat bagus isi ceritanya, tidak hanya menggambarkan kehidupan seseorang yang sangat sederhana, tetapi juga mengajarkan kepada kita betapa pentingnya hidup di jalan Allah, hidup hanya benar-benar untuk Allah. Seperti yang sudah saya katakan tadi sebelumnya. Mengajarkan kita betapa susahnya perjuangan seorang mencari ilmu di negeri orang.
Novel ini menceritakan tentang kisah percintaan yang dibalut ajaran- ajaran Islam yang sangat kental. Kisah seorang mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo Mesir yang bernama Fahri bin Abdullah Siddiq. Fahri tinggal dalam sebuah flat sederhana bersama keempat temannya yang berasal dari Indonesia juga. Mereka mempunyai tetangga yang sangat baik dan akrab dengan mereka yaitu, keluarga Tuan Boutros. Tuan mempunyai istri bernama Madame Nahed, dan dua mereka Maria dan Yousef. Keluarga Tuan Boutros merupakan keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Putri sulung mereka bernama Maria, ia gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik, namun ia sangat tertarik terhadap Al Quran. Bahkan ia hafal beberapa surah dalam Al Quran, diantaranya adalah suruh Maryam yang membuat dirinya sangat bangga. Kisah cinta berawal ketika Fahri pergi ke Subhra El-kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman. Ia pergi kesana naik metro, dan disitulah awal fahri bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha. Aisha bukanlah orang Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat kasar. Keluarga tersebut adalah keluarga Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama Madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Noura selalu diperlakukan sangat kasar oleh ayahnya. Bahkan suatu Bahadur menyeret Noura keluar rumah dengan pukulan pada mukanya. Malam itu Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi bulan-bulanan oleh Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta bantuan Maria, akhirnya Maria mau menolong Noura. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingi menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih.
Maria tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Quran, dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.
Nurul adalah anak seorang Kyai terkenal yang juga mencari ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis itu. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuatnya tidak pernah mengungkapkan perasaanya pada Nurul. Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup mengungkapkan perasaanya kepada Fahri.
Muncullah Aisha, si mata Indah yang menyihir Fahri sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri, dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Mereka berdua menikah, dijodohkan oleh pamannya Aisha. Mereka hidup bahagia. Beberapa bulan kemudian Aisha dinyatakan mengandung. Tak lama kemudian, Fahri dapat kabar kalau Maria koma. Belum sempat menjenguk Maria, malapetaka datang menghampiri rumah tangga mereka. Noura menuduh Fahri telah memperkosanya. Semua orang tahu bahwa itu adalah fitnah. Fahri diseret, dan dimasukkan ke penjara. Kuncinya semua ini adalah Maria yang sedang koma. Dia mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya.
Keluarga Boutros mendatangi Fahri di penjara, mereka berniat mengunjungi Fahri dan juga ingin meminta bantuan kepada Fahri untuk menyadarkan Maria dari komanya, dengan menrekam suara Fahri dan nantinya akan didengarkan ke Maria. Kata dokter hanya orang yang dicintai Maria yang dapat menyembuhkannya. Tak kunjung sadar juga, akhirnya dokter dan madame Nahed mneyuruh Fahri untuk menyatakan cintanya kepada Maria. Sebelumnya Fahri tidak mau melakukan itu, lalu Fahri meminta izin kepada Aisha, akhirnya Aisah menyetujuinya. Setelah itu, Fahri langsung menikahi Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar.
Sidang penentuan tiba, diakhir persidangan Maria tiba. Dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Setelah mengatakan itu semua, Maria pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur dimasukkan penjara.
Begitu divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan Maria untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia ingin masuk surga, tapi tidak diperbolehkan. Lalu ia terbangun dan menceritakan itu semua pada Aisha dan juga Fahri. Fahri tau apa yang dimaksudkan oleh Maria, lalu ia membopong Maria ke kamar mandi dan Aisha membantu untuk mewudhui Maria. Selesai itu Maria kembali dibaringkan di atas kasur seprti semula. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia melafalkan syahadad. Tak lama kemudian, kedua matanya tertutup rapat dan akhirnya Maria meninggal dunia.
Novel ini mempunyai beberapa kelebihan baik dari segi cover, isi, bahasa dan lain sebagainya. Bagian cover cukup menarik dan pada setiap halamannya apabila terdapat percakapan bahasa Arab juga disertai artinya sehingga kita lebih mudah memahaminya. Novel ini juga mengajarkan kita untuk lebih jernih dalam memahami kehidupan dan juga cinta dalam ajaran islam. Setiap karya pasti ada kekurangan dan pastinya juga dalam novel ini. Kekurangannya adalah ketika Fahri menikah dengan Maria, seharusnya disertai dengan dalil dalil tentang seorang muslim laki laki yang menikah dengan wanita nasrani. Sehingga pembaca menjadi ragu ragu apakah boleh seorang muislim menikah dengan nasrani.
Novel ini cukup membuat pembaca penasaran dan tertarik untuk membacanya. Bahasanya yang tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami, sekaligus dapat sedikit-sedikit belajar bahasa Arab. Tetapi dalil- dalil yang kurang lengkap menyebabkan keraguan bagi pembaca muslim. Terlepas dari masalah-masalah terebut, novel karya Habiburrahman el Shirazy ini layak dibaca. Karena penuh dengan nilai kehidupan yang tersirat didalamnya.
Penulis : Awaliya Isnaini (9F)